AWAS, Jangan Lakukan Amalan Ini Jika Sedang Haid.. WAJIB BACA!!!
perempuan dalam keadaan Haid tampaknya sangat terbatas untuk melaksanakan ibadah, tentu memang banyak larangan melaksanakan ibadah inti, hal ini dikarenakan memang dalam kondisi Haid keadaan wanita tidak dalam keadaan suci, kesehatan kerap menurun (anemia atau darah rendah) dan kondisi psikologisnya sering tak menentu dan emosionalnya tak terkendali.
Namun, apakah teman hanya berdiam diri tak melaksanakan apapun saat haid yang bernilai ibadah? Tentu saja tidak. Banyak hal yang tetap mampu dikerjakan untuk wanita Haid dalam rangka mendekatkan diri terhadap Allah diantaranya yakni boleh berdzikir , bertasbih, tahmid dan tahlil, istighfar, bertaubat, menyimak bacaan Al Qur’an, belajar, membaca hadist, berdoa, mengikuti halaqah ilmu asal tak berada didalam masjid demikian Syaikh Ibnu Baz beropini.
Kemudian apa saja amalan yang terlarang untuk perempuan yang sedang haid? Hal ini bisa dirangkum selaku berikut:
• Puasa wajib (Ramadhan) maupun puasa sunah, dasarnya hadist dari Abi Said Al-Khudhri ra, yang mensyarikan perempuan haid tidak boleh berpuasa dan ia diwajibkan dihari lainnya.
• Thawaf, perempuan haid tidak boleh thawaf di baitullah alasannya thawaf disyaratkan seorang mesti suci dari hadas kecil maupun besar, tetapi ibadah haji yang lain diperbolehkan mengikutinya.
Dari Aisyah ra berkata Rasulullah saw bersabda, “Bila kau mendapat haid, kerjakan semua praktek ibadah haji kecuali thawaf di sekitarka’bah hingga kau suci.
• Shalat, diharamkan atasnya perempuan haid juga tak ada kewajiban mengqada’ shalat yang ditinggalkannya.
• Berwudhu atau mandi, menurut As Syafi’iyah dan Hanabilah perempuan yang sedang menerima haid di haramkan berwudhu dan mandi janabah. Maksudnya mandi janabah itu berniat bersuci padahal masih belum rampung haidnya, tetapi jikalau mandi biasa, pastinya boleh.
• Menyentuh dan membawa Al Qur’an. Jumhur ulama setuju orang dalam kondisi berhadas besar, termasuk haid tidak boleh menyentuh, menjinjing juga membacanya.
• Hubungan intim dengan suami, bisa dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 222. Dari ayat itu bisa dikenali kalau Allah memerintahkan untuk ‘menjauhi’ perempuan yang haid sebelum suci. Menjauhi disini pastinya mempunyai arti berafiliasi intim.
Hanabilah mengizinkan mencumbu wanita sedang haid pada belahan badan selain antara pusar dan lutut selama tak terjadi persetubuhan.
Hanafi, Syafi’i dan Maliki, ketiga ulama sepakat keharaman berbuat intim yang sedang haid bukan cuma sebatas mereka sudah tamat dari haidnya, tetapi mesti suci hingga dengan mandi janabahnya.
• Melafazkan Ayat Al Qur’an
Namun Malik berpendapat dalam Bidayatul Mujtahiad jilid 1 hal 133 mengijinkan perempuan membaca Al Qur’an dengan syarat tak menyentuh mushaf Al Qur’an. Hal ini dimaksudkan untuk penghafal Al Qur’an muslimah untuk tetap bisa menghafalkan alasannya yaitu khawatir hilang hafalan kalau haidnya lama, tetapi tidak boleh terlampau banyak membacanya.
• Mаѕuk mаѕjіd, hаl іnі untuk mеmреrtаhаnkаn kеѕuсіаn mаѕjіd раѕtіnуа. (ѕumbеr: Ahmаd Sаrwаt Lс)
Tаk аdа аlаѕаn kаn bаgі реrеmрuаn уаng ѕеdаng hаіd bеrdіаm dіrі tаnра lаkukаn арарun untuk mеlаkѕаnаkаn аmаl kеbаjіkаn уаng bеrnіlаі іbаdаh, tарі jаngаn ѕаlаh jugа untuk mеnуіkарі bеbеrара hаl уаng tеrnуаtа mеmаng tеrlаrаng dіkеrjаkаn оlеh реrеmрuаn hаіd.
